Kami Bukan Pemuda Transaksional

Read Time:4 Minute, 2 Second

Usaha mengubur dalam-dalam labelisasi pemuda gagal akan terus kami suarakan demi nasib bangsa yang berdaulat ini. Walaupun kami tak tau dimana posisi kami berada dan diberadakan. Wajah bangsa ini semakin tampak kusam tanpa kehadiran kami, entah sadar atau tidak masih banyak yang membutuhkan kehadiran kami dibalik polemik yang tengah diderita bangsa ini. Suguhan yang kami nikmati saat ini sangat kurang menggugah selara rakyat. Kisruh politik yang kian hari semakin berada pada tataran zona degradasi, sosial dan ekonomi juga mulai mendapatkan predikat kurang memuaskan. Lalu bahasa sederhana apa yang harus kami lontarkan kehadapan para pemangku kepentingan.

Melihat kondisi yang ada, sepertinya kami perlu membuat paradigma baru untuk membuat terobosan-terobosan pembahatuan inovatif tak cukup dibidang saintifik. Kami hampir lupa bahwa ternyata ada segenap moril yang terselip dibahu kawan-kawan untuk menyuarakan nasib keluarga bahkan anak-anak cucu kami nanti. Jika kondisi negara ini hampir sampai pada zona degradasi, lantas apakah mungkin kami diam saja dengan perlakuan para elitis praktis yang terus membuat eksperimen politik di masing-masing posisinya?

Susunan instrumen pemuda saat ini sedang dalam tahap penyempurnaan oleh rekan-rekan ditanah air untuk menyelamatkan bumi pertiwi dari tahan-tangan jahil rakus, egois dan tidak bertanggungjawab. Rekan-rekan sedang memilahnya dalam sub-sub tertentu, mulai dari intelektualis sains, sosial, politik, sosial, budaya dan sebagainya. Peran kami akan kami rebut walau masih juga ada yang mencoba menghalang-halangi jalan kami, kami anggap itu hanya dinamika biasa yang secara massive merupakan tantangan bangsa ini.

Sosok muda kedepan akan tetap terus menyuarakan perubahan dari segala penjuru mata angin, sampai badai menyapu ke-idealis-an, dari itulah kami hanya perlu pemuda yang tersisa dari hasil seleksi alam nanti. Siapa yang tak kuat melawan kerasnya terpaan silahkan mundur teratur, biar sedikit tak mengurangi semangat tersisa. Badai yang kita hadapi bukan tanggung-tanggung “muda”, bahkan tiang penyangga negara ini pun bisa runtuh jika “mereka” berkendak. Jangan gentarkan semangat, nyali dan patriot kita demi melawan kebajikan.

Bantu negara ini untuk meraih cita-cita rakyat indonesia melalui cara-cara yang beretitud, bangsa ini lahir justru juga dengan pergerakan-pergerakan para founding father kita terdahulu, bagaimana heroik mereka patut kita rajut kembali dengan kemasab berbeda. Jangan ragu jika ingin mencari jati diri kita sebagai para penerus bangsa ini, kinerja rasio berpikir otak kita pemuda masih sangat dinanti-nanti oleh jutaan para Pencari Keadilan. Musuh kita sepuluh kali lebih berbahaya dari para penjajah, saudara kita yang kita titipkan di parlemen juga agaknya seperti amnesia permanen jika mandat sudah dibahu mereka. Mereka lupa kalau kursi yang mereka duduki saat ini adalah sebahaggian darah bercampur keringat rakyat. Malah mereka bermain drama kolosal di gedung rakyat.

Acap sekali kebosanan kami kini mulai membludak jika “tuan-tuan” masih mengganggap kami “diam saja”. Terkadang mimik muka kami terkesan menyeramkan dan bagi mereka yang sering bermain kucing-kucingan dengan kami. Wajah kami tak menyeramkan seperti topeng badut yang kalian kenakan. Kawan-kawan juga hendaknya harus lebih sensitif dan peka melihat dinamika sosial yang terjadi, tanggung jawab moril kita sangat membantu memecahkan problematika bangsa ini. Kualitas pemuda sebagai kontrol sosial bukan hanya ditunjukkan pada “kelantangan” kita dalam menyuarakan nasib saudara-saudara disekeliling kita, tapi lebih kepada kemampuan kita dalam menginprovisasi usaha nyata melalui aksi-aksi solidaritas, dialogis, pendekatan persuasif, bukan lagi dengan anarkisme belaka.

Seharusnya kita sadar bahwa suara kita mahal, karena pemuda yang berintegritas adalah pemuda yang tau dimana dirinya berdiri saat waktu yang tepat. Jangan buang energi dan suara kita yang mahal demi kepentingan-kepentingan tertentu yang mengambil keuntungan sepihak. Suara kita akan terakomodir dengan baik jika niat ingin melakukan perubahan itu benar adanya dan niat yang tulus melalui pergerakan pemuda. Bukan membawa sepucuk “titipan ketidakpuasan” dengan mempertaruhkan citra/martabat kaum muda.

Mari kita ukur sudah sejauh mana wujud kepedulian yang kita cerminkan dalam dimensi sosial, jangan terbelenggu pada penafsiran pemuda apatis, pemuda yang intoleransi. Tunjukkan pada bangsa, negara dan masyarakat bahwa wujud pemuda sebagai tonggak awal perubahan ketatanan kehidupan bangsa yang lebih baik ada pada diri pemuda. Pemuda tangguh tau apa yang seharusnya mereka lakukan segera terjun langsung ditengah polemik bangsa ini yang semakin carut-marut. Dengan segala keterbatasan ruang dan gerak, dengan tekad dan kegigihan kita akan mampu mengambil peran kita seharusnya. Jangan gadaikan harga diri kita sekali lagi pada oknum yang berniat menghancurkan bangsa.

Ketika kepentingan kita sudah di-drive oleh kepentingan tidak jelas, maka saat itu pula kita harus puas dengan label kita sebagai pemuda gagal. Keberanian kita menunjukkan sikap adalah pengorbanan terbesar kita pada bangsa ini. Mari kita singsing lengan baju kita untuk menolong saudara-saudara kita yang masih kelaparan, kebocoran atap rumahnya saat kehujanan, bencana dimana-mana, tipu daya politik masih saja menebar fitnah. Tunjukkan pengabdian kita pada bangsa dan masyarakat, semoga kita sebagai pemuda penerus bangsa kali ini kita dapat berpartisipasi sosial, terpanggil secara nurani, camkan bahwa kita bukan pemuda berorientasi pada kekuatan “TRANSAKSI”.

Syahzevianda
*Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply