Deklarasi “#2019Ganti Presiden” Pada CFD DKI Gambaran Mini Pileg-Pilpres 2019
Mardhani Ali Sera melakukan pertandingan ulang akibat aksi gerakan # 2019GantiPresiden minggu saat CFD menuai kritik keras dan mengeluarkan sorotan secara nasional. Ingin agar gerakannya tetap jaya dan sukses, Mardhani Ali Sera Kembali menggalang massa di dunia maya. Mengajak relawan # 2019GantiPresiden menggelar deklarasi akbar nasional pada Minggu 6 Mei di kawasan Patung Kuda. Akhirnya Mobil Gratis Hari ini dilakukan dengan lebih banyak tindakan yang dilakukan dengan bertosahkan # 2019GantiPresiden dengan aneka warna. Masa kampanye Pilpres 2019 masih jauh. Calon yang hendak bertarung juga belum ditentukan. Jika memang gerakan # 2019GantiPresiden dilegalkan dan kondtitusional, namun secara etika dan moral, deklarasi dan kampanye # 2019GantiPresiden tidak dibenarkan.
Namun karena syahwat politik memang sudah di ubun-ubun, nilai moral dan moral itu jika tidak ada. Tak peduli kampanye # 2019GantiPresiden etis atau tidak etis. Tak peduli kampanye # 2019GantiPresiden kebebasan konstitusi atau tidak. Yang pasti, syhawat politik mereka harus tersalurkan. Mardani Ali selaku pencetus # 2019GantiPresiden bersama relawan nasional # 2019GantiPresiden yang menyelenggarakan deklarasi akbar 2019 penggantian presiden.
Deklarasi yang diadakan di Patung Arjuna Wiwaha (Patung Kuda). Informasi itu oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, yang juga salah satu penggagas # 2019GantiPresiden, lewat Twitter. Dia mengunggah poster acara. “Monggo kawan-kawan para pencerita gerakan # 2019GantiPresiden merapat. Lokasi depan Bundaran Air Mancur Monas 6 Mei,” tulis Mardani seperti dikutip, Jumat (4/5/2018).
Poster itu bertulisan ‘Deklarasi Akbar Relawan Nasional #2019GantiPresiden Konstitusional’ dengan foto Mardani, Neno Warisman, dan Ustaz Abu Jibril Fuad. Ada pula tulisan ‘Dari Ummat Oleh Ummat Untuk Ummat’ di poster tersebut. Deklarasi akan berlangsung pada pukul 09.00-11.00 WIB. “Deklarasi kami tidak memuat ujaran kebencian pada tokoh dan golongan apa pun. Bila ada yang memanfaatkan selain itu bukan tanggung jawab kami,” demikian keterangan di poster tersebut. Kembali ke Mardani, dia menyebut gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan damai dan santun, bukan gerakan anarkistis. Mardani menegaskan gerakan ini konstitusional serta dilindungi UU dalam menyatakan pendapat dan aspirasi.
Ini membuktikan bahwa gerakan tagar 2019 ganti presiden bukanlah gerakan dari rakyat, melainkan gerakan dari PKS yang mencoba keberuntungan menggunakan propaganda kaos. Agar propaganda ini menuai hasil, kaos memang bukanlah alat utama. Yang paling utama adalah propaganda tersebar ke mana-mana. Untuk itulah propaganda tagar ini digencarkan juga melalui media sosial. Tujuannya hanya satu, agar rakyat tahu ada tagar 2019 ganti presiden.
Aneh selanjutnya adalah bahwa tagar 2019 ganti presiden merupakan gerakan politik, digagas politisi PKS, digerakkan dan didukung kelompoknya. Kalau ini adalah gerakan politik maka esensi gerakan rakyat itu hilang dengan sendirinya. Gerakan politik dengan tagar 2019 ganti presiden itu hanya memanfaatkan emosi rakyat demi kepentingan penggagas dan pendukung tagar itu dan untuk siapa dimanfaatkan.
Sebenarnya politik itu sejatinya baik adanya. Ia hanya alat bantu suatu kumpulan masyarakat untuk menata kehidupan bersamanya agar tidak berantakan. Sebab politik berarti proses pembentukan atau pembagian kekuasaan dalam suatu negara. Tujuannya baik untuk menata suatu negara agar lebih baik. Tetapi sekarang politik dinilai hanya alat untuk meraih kekuasaan agar mampu menguasai sumber daya dalam suatu negara. Dan untuk meraih kekuasaan itu, segala cara pun dihalalkan, termasuk memusnahkan lawan politik, atau setidaknya membungkamnya agar tidak berontak.
Mungkin itu pula yang terjadi pada tagar 2019 ganti presiden itu, yang dibuat Mardani Ali Sera.
Memang gerakan itu semakin hari semakin besar. Dari sekian banyak itu, saya yakin, ada yang dengan tulus karena termakan isu tersebut dan ingin berjuang demi kebaikan bangsa. Tetapi ada sebagian lagi yang diarahkan untuk memobilisasi massa.
Sebagian lagi adalah penuh kebencian. Karena tujuan awalnya adalah meraih kekuasaan, maka outputnya pun menjadi tidak baik. Akibatnya siapa yang tidak berpihak pada mereka dianggap musuh yang pantas dilawan. Bayangkan, kalau politik saja tujuannya baik akhirnya digunakan secara tidak baik, apalagi tujuan yang tidak baik, pasti akan menghasilkan yang tidak baik pula.
Kita tidak bisa mewujudkan itu terjadi. Kita tidak ingin Indonesia ini lagi. Kita tidak ingin ibu pertiwi bermandikan darah putra-putrinya sendiri. Sangat membayangkan membayangkannya. Sangat bodohlah kita kalau kita harus jatuh ke lubang yang sama. Karena sejatinya ayatlah yang membuat kita tangguh bukan saat mengkikis kita. Selalu jaga persatuan dan kerukunan itu kawan.
Average Rating