Pelintiran Kebencian Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya Bagi Demokrasi

Read Time:1 Minute, 31 Second
Judul Buku : Pelintiran Kebencian Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya Bagi Demokrasi
Penulis : Cherian George
Penerjemah : Tim PUSAD Paramadina dan IIS UGM
Penyunting : Ihsan Ali-Fauzi dan Irsyad Rafsadie
Penerbit : Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD)
Yayasan Paramadina
Institute of International Studies (IIS)
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
The Asia Foundation
Tahun Terbit : Cetakan I, Desember 2017

 

DOWNLOAD BUKU SELENGKAPNYA

SINOPSIS
Soal bagaimana wirausahawan politik sayap-kanan di seluruh dunia
menggunakan rekayasa ketersinggungan untuk memobilisasi pendukung
dan menyingkirkan lawan.
Di Amerika Serikat, unsur-unsur keagamaan sayap-kanan mengobarkan
ancaman eksistensial terhadap Islam serta menyebarkan retorika antiMuslim
ke pentas politik arus utama. Di Indonesia, Muslim garis-keras
memanaskan hawa intoleransi dengan menekan gereja dan kelompok
minoritas agama dan kepercayaan. Di India, pendukung radikal Narendra
Modi memantik kekacauan komunal dan penyensoran atas karya-karya
akademis dan seni demi kepentingan para nasionalis Hindu.
Wabah intoleransi agama biasanya dianggap sebagai fenomena
yang spontan dan berakar pada tradisi agama-agama itu sendiri, yang
saling bertabrakan. Tapi dalam buku ini, Cherian George memperlihatkan
bahwa wabah tersebut sebagian besarnya melibatkan kampanye dahsyat
para oportunis politik untuk memobilisasi pendukung dan menyingkirkan
lawan. Jaringan sayap-kanan memanfaatkan ujaran kebencian dan
ketersinggungan agama sebagai instrumen identitas politik, seraya
mengeksploitasi ruang demokratis untuk mempromosikan agenda yang
menghancurkan nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
George menyebut strategi ini “pelintiran kebencian” – teknik bermatadua
yang mengombinasikan ujaran kebencian (hasutan melalui tindak
menyetankan kelompok lain) dengan rekayasa ketersinggungan
(menampilkan kemarahan yang dibuat-buat). Teknik ini dibawa ke
masyarakat yang beragam, seperti masyarakat Buddha di Myanmar
dan Kristen Ortodoks di Rusia. George meninjau tiga negara demokratis
terbesar di dunia, di mana kelompok-kelompok intoleran dalam Hindu
sayap-kanan India, Kristen sayap-kanan Amerika, dan Muslim sayap-kanan
Indonesia menjadi pelaku pelintiran kebencian. Dia juga menunjukkan
bagaimana Internet dan Google telah membuka kesempatan baru bagi
munculnya pelintiran kebencian lintas-batas.

About Post Author

Rizal

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply