Aryos Nivada: Rusuh LP Direkayasa
Pengamat Politik dan Keamanan Aceh, Aryos Nivada mensinyalir kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II A Banda Aceh di Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Jumat 6 November 2015 direkayasa untuk tujuan melengserkan Kepala LP, Ahmad Faedhoni.
“Mungkin karena comfort zone (zona nyaman) beberapa orang di dalam yang berkepentingan mulai terganggu, lantaran kinerja Pak Ahmad Faedhoni mengedepankan disiplin dan membawa perubahan positif di dalam lapas,” kata Aryos kepada Serambi, Senin (9/11).
Menurut Aryos, selama ini LP Banda Aceh sangat rentan dengan penyimpangan. Saat Ahmad Faedhoni dilantik menjadi Kepala LP Banda Aceh pada 6 Oktober 2015 menggantikan pejabat sebelumnya, Ibnu Syukur ia mulai melakukan perubahan-perubahan positif seperti tidak lagi membiarkan napi ke luar masuk lapas.
Pencopotan Kepala LP Banda Aceh pada malam itu juga dinilai Aryos sebagai tindakan gegabah yang ditunjukkan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM Aceh. Menurutnya, jika pergantian Kepala LP karena kerusuhan dan ingin menenangkan warga binaan, itu terkesan aneh. Apalagi, kata Aryos, kerusahan malam itu dipicu oleh hal yang sangat sepele, yaitu macetnya air untuk mandi yang disebabkan rusaknya mesin pompa. “Itu kan kecil sekali masalahnya, masa pompa air rusak, kalapas yang dituntut napi. Parahnya dituntut mundur pula,” timpal Aryos.
Alasan lain yang disinyalir kerusuhan itu direkayasa, menurut Aryos Nivada adalah tidak ada satupun napi yang berusaha kabur malam itu. Seharusnya, saat itu adalah momen bagus bagi para napi untuk upaya kabur dari dalam lapas. Selain itu, sebutnya, pergantian atau pencopotan langsung kalapas malam itu tanpa melakukan penyelidikan, semakin menguatkan dugaan bahwa kerusuhan tersebut benar-benar diskenario.
“Saya berharap pihak Kemenkumham Aceh segera melakukan investigasi ke dalam lapas. Jika diperlukan lembaga lainnya seperti Ombudsman dan Komnas HAM untuk turut serta, saya yakin akan ditemukan akar masalah sekaligus memperbaiki secara menyeluruh kondisi LP Banda Aceh. Tak menutup kemungkinan juga akan terungkap bentuk-bentuk penyimpangan lainnya,” pungkas Aryos Nivada.
Sinyalemen Aryos Nivada diperkuat oleh sumber-sumber Serambi yang tahu persis persoalan di LP tersebut. Menurut sumber itu, persoalan murni diskenariokan oleh napi yang bekerjasama dengan sipir. Pasalnya, sejak pertama kali Faedhoni memimpin LP Banda Aceh, banyak napi dan sipir merasa gerah dengan sikap disiplin dan ketegasannya.
Berdasarkan catatan Serambi, LP Banda Aceh merupakan salah satu LP yang paling longgar bagi napi berduit seperti bos sabu-sabu. Setiap napi dengan mudah keluar dari penjara setelah membayar sipir jaga. “Tapi kalau sudah ketat, sipir tidak mendapat uang masuk lagi,” kata sumber yang minta namanya tidak dipublikasikan.
Terkait masalah air, menurut sumber itu bukan persoalan utama. Persoalan air sudah ditangani oleh Kepala LP dengan membeli mesin pompa baru seharga Rp 11 juta. Namun, selama ini pompa tersebut tidak bisa difungsikan karena rusak akibat dimasukkan tanah oleh napi yang diduga untuk menciptakan kerusuhan.
“Sementara air untuk kebutuhan sehari-hari selalu ada dipasok sebanyak tiga hingga empat tanki sehari. Tapi, jumlah tersebut tentu tidak cukup karena banyaknya napi. Sedangkan pompa air sedang diperbaiki. Jadi hampir bisa dipastikan bukan persoalan air sebagai pemicu utama” ujarnya seraya bersumpah dengan pernyataannya itu. [Serambinews/JSI]
Average Rating